Selamat Datang Di Blog TheKiFOT... blog ini hanya ingin berbagi ilmu dan sharing pengetahuan dan informasi Bersama... »TheKiFOT« luweh becik kethok kere ning sugih ati lan ngebektine tinimbang kethok sugih neng elek atinelan budine,. bondo donyo ora enek sepiro o,. tinimbang sangu no suwargo

per-EMPU-an

TUHAN, LAKI-LAKI & PRODUK IDEOLOGI GENDER



Halaman ini khusus saya persembahkan kepada seluruh pemerhati gender, kepada seluruh pembaca yang budiman, untuk berbicara, memberikan sumbang sih, membahas, berdiskusi seputar falsafah hidup, pandangan, persepsi, terhadap kaum perempuan. Tentu saja hal ini akan membawa kita ke dalam khasanah ideologi gender –feminisme– di mana ideologi feminisme bermula dari adanya PENILAIAN yang dilakukan oleh (terutama) otoritas/kekuasaan/dominasi kaum laki-laki (maskulin) terhadap kaum perempuan. Pada gilirannya penilaian tersebut mengkonstruksi SISTEM NILAI, di mana di dalamnya terdapat cara pandang (mind set) masyarakat terhadap kaum perempuan. Sistem nilai yang telah mengakar ke dalam tatanan masyarakat, mengkristal menjadi sistem sosial yang berlaku menjadi pedoman hidup, yang “dibakukan” ke dalam norma sosial, bahkan seringkali norma sosial tentang feminisme dijustifikasi dan dilegitimasi melalui norma hukum (hukum positif).
Celakanya, ideologi feminisme, terkonstruksi bukan melalui mekanisme sosial yang bersifat OBYEKTIF, alias tidak berlagsung apa adanya secara alamiah. Sebaliknya ideologi feminisme lebih merupakan PRODUK dari DOMINASI MASKULIN. Produk yang bersumber dari kekuasaan kaum laki-laki terhadap kaum perempuan. Bahkan seringkali dalam ranah spiritual, kaum perempuan tetap saja dipandang remeh atau prioritas kedua setelah kaum laki-laki. Dengan kata lain perempun sekedar berperan sebagai pelengkap penderita. Jika kita mau jujur mengakui, isi kitab suci pun memberikan kesan seolah tuhan itu berjenis kelamin laki-laki. Lebih parah lagi, pada akhirnya tak sedikit dari kaum perempuan sendiri pun ikut-ikutan memberikan penegasan dominasi maskulin, melalui berbagai stigma yang dilekatkan pada dirinya sendiri.
Walau begitu tidak seluruh sistem sosial demikian adanya, terutama di dalam tatanan sosial masyarakat modern, masyarakat dengan tingkat kemakmuran yang tinggi seperti negara-negara di belahan Skandinavia, Eropa Barat, beberapa wilayah Amerika Serikat, Latin. Namun terasa ideologi gender yang cenderung berat sebelah, menampakkan dominasi kaum laki-laki (patriarchard dan patrilineal) terjadi di negara-negara benua Asia meliputi Timur Tengah, China, Indonesia, India, Malaysia.
Sebagai bukti bahwa ideologi gender yang bersifat berat sebelah, tidak adil, tidak seimbang,  telah sedemikian dalam mengkonstruksi pola pikir masyarakat dunia, yakni dirasukinya isi kitab suci dengan dominasi nilai-nilai maskulin. Sementara itu nilai feminin hanya menjadi obyek penderita saja, sebagai subordinat dari otoritas konsep tuhan yang cenderung maskulinisme. Sehingga membuat imajinasi kita sulit sekali membayangkan tuhan sebagai figur perempuan, oleh karena doktrin agama yang telah dijejalkan bertubi-tubi sejak kecil, baik melalui telinga, mata, maupun hidung. Saya berandai-andai, jika tuhan adalah perempuan, sepertinya dunia ini akan lebih tenteram dan damai. Tak ada lagi perang antar agama. Karena kaum perempuan, kenyataannya tidak memiliki nafsu mendominasi, mengalahkan, menghancurkan, yang berujung pada peperangan  sebesar yang dimiliki kaum laki-laki.
Pada kenyataannya, manusia telah membuat definisi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang kemudian menampakkan kadar subyektif dan berat sebelah dalam menilai. Diakui atau tidak, munculnya stigma (“stempel” negatif) terhadap kaum perempuan, hanya berdasar penilaian pada sisi minus-nya saja, bukan pada sisi plus dan esensinya.
EMPU
Coba sekarang kita buka lagi lembaran lama khasanah spiritual nusantara. Di mana kaum wanita disebut sebagai PER-EMPU-AN. Empu adalah istilah untuk menyebut seseorang yang memiliki daya linuwih, waskita, berilmu tinggi, ahli sastra, menguasahi ilmu kasampurnaning urip, pembuat suatu karya agung.  Maka sangatlah tepat para leluhur bangsa Nusantara ini memberikan istilah per-EMPU-an untuk kaum wanita, tidak hanya sekedar menyebutnya sesuai jenis kemaluannya saja, tetapi lebih mulia karena menyebutnya melalui aspek esensinya yang lebih manusiawi, dan sekaligus sebagai bentuk apresiasi rasa penghormatan tinggi terhadap kaum wanita. Ya…per-empu-an. Merupakan satu-satunya sebutan paling tepat dan hebat di muka bumi untuk menyebut kaum wanita.

Mohon masukan dan saran